Seorang wanita di China mendatangi dokter karena merasa ada sesuatu yang aneh dengan tubuhnya. Kepada dokter ia mengeluh mual dan muntah dalam jangka waktu 1 bulan dan mengalami pusing di sepanjang hidupnya. Pasien wanita ini juga menuturkan bahwa saat kecil ia baru bisa berjalan di usia 4 tahun dan tak bisa berjalan tegak dalam waktu lama. Saat dilakukan pemeriksaan, dokter akhirnya menyadari kondisi aneh tersebut terjadi karena wanita ini telah kehilangan otak kecilnya.
Keanehan pada otak wanita tersebut diketahui setelah dokter memindai otaknya. Para dokter dibuat terkejut saat menemukan pasien tak memiliki cerebellum (otak kecil), bagian otak yang diyakini amat penting untuk berjalan dan melakukan gerakan lainnya. Hasil scan justru menemukan lubang besar yang berisi cairan cerebrospinal.
"Pemindaian CT dan MRI menguak tak ada sisa-sisa apapun dari jaringan cerebellar, yang memverifikasi ketiadaan cerebellum," demikian tulis dokter dalam laporannya yang dimuat jurnal Brain, seperti dilansir situs sains LiveScience. Cerebellum sendiri bertanggung jawab untuk koordinasi tubuh dan gerakan halus, seperti gerak mulut dan lidah yang dibutuhkan untuk bicara. Penderita kerusakan area otak tersebut biasanya mengalami gangguan motorik.
Kasus wanita Tiongkok itu berbeda dengan perkiraan para dokter. Ketiadaan otak kecil pasien hanya mengakibatkan gangguan motorik ringan hingga sedang, juga pengucapan yang cadel. Dengan kata lain, pasien menjalani kehidupan normal selama lebih dari dua dekade, meski bagian penting dari otaknya hilang. Fenomena merupakan sesuatu yang sangat mengejutkan dan menunjukkan kepada peneliti mengenai plastisitas atau kelenturan otak di awal kehidupan manusia.
"Ini menunjukkan bahwa otak muda cenderung lebih fleksibel dan mampu beradaptasi pada abnormalitas," kata Dr. Raj Narayan, kepala ahli syaraf dari North Shore University Hospital dan Long Island Jewish Medical Center, New York, yang tak terlibat dengan kasus perempuan China tersebut. "Seseorang mengalami abnormalitas kehilangan bagian tertentu dari otak ketika dilahirkan atau saat masih kecil, sisa otak yang lainnya berusaha untuk melakukan rekoneksi atau mengompensasi ketiadaan tersebut," lanjutnya.
Namun, kemampuan luar biasa otak tersebut akan menurun seiring bertambahnya usia. "Saat menua, kemampuan otak untuk menoleransi kerusakan makin terbatas," kata Naraya. "Misalnya, pada orang berusia 60 tahun, jika kita mengeluarkan bagian otak kecilnya, niscaya itu akan sangat menganggunya,". Kasus seseorang kehilangan otak kecil seperti ini bukanlah yang pertama terjadi. Menurut peneliti sudah ada 8 kasus lain yang dilaporkan dimana kebanyakan melibatkan bayi atau anak-anak.
Punya tanggapan atas artikel diatas? Silahkan sampaikan melalui kolom komentar dibawah ini. Harap tidak memberikan komentar dengan kata-kata yang kasar, mengandung pornografi, atau mengandung unsur SARA.
Terimakasih untuk komentar yang Anda berikan.
Emoticons List